Kumpulan Karya Cerpen Dari Novel "Melodi Alam"
Karya siswa-siswi X IPA 4 SMAN 1 GLAGAH, Banyuwangi
Tahun ajaran 2017/2018
Karya siswa-siswi X IPA 4 SMAN 1 GLAGAH, Banyuwangi
Tahun ajaran 2017/2018
Melodi Alam
Setangkai Pohon Ibu
Karya : Vaughan Callista V.P
Instagram : @vaughancallista
“Daniel, jagalah tanaman itu. Rawatlah ia seperti ibu merawatmu,” pesan seorang wanita cantik yang terbaring lemah di ranjang sambil mengelus sayang kepala anak lelakinya dengan lembut.
“Apa ibu akan pergi?” tanya anak kecil bernama Daniel itu.
“Ya sayang, ibu hanya akan beristirahat sebentar. Niel harus mengingat pesan ibu ya? Ibu menyayangimu, anakku” ibu Daniel mengecup pelan dahi anaknya itu. “Keselamatan pohon itu bisa jadi berada di tanganmu, Niel.”
Anak laki-laki berumur 6 tahun itu melihat ke arah tangannya yang disambut kekehan kecil ibunya. Lalu wanita berkulit pucat itu memejamkan matanya perlahan dan tiba-tiba tersusul suara nyaring dari monitor detak jantung yang menunjukkan garis lurus. Baca selengkapnya disini.....
Tangisan Kecil
Karya : Bilqis Rizqy Mahdi Edukatif
Instagram : @bil_rizqy
Bunga itu tertunduk sedih di bawah sinar
rembulan. Bunga itu tertunduk bukan hanya karena ia sedih, terdapat amarah dan
rasa benci yang amat sangat di lubuk hatinya. Bunga itu tertunduk di dekat
sungai yang tak lagi jernih itu, di dalam kesepiannya berjuang untuk tetap
hidup. Tanpa adanya sahabat maupun keluarganya. Di tengah kesepiannya itu,
muncul sosok berjubah hitam. Sesuatu yang dibencinya menghampirinya dan
menyentuh kelopaknya.
“Hai bunga kecil, sedang apa kau di sini?
Aku tak pernah melihat bunga lain sepertimu di sekitar sini,” ujar sosok
tersebut sambil membelai lembut kelopak sang bunga.
“Ada apa? Aku tak seperti makhluk-makhluk
yang kau benci itu. Aku tidak berbohong, percayalah padaku dan ceritakan semua
tetang dirimu,” ucap orang tersebut dengan tawa kecil di balik jubah hitamnya.
“Ah, begitu rupanya. Jadi kau ingin
membuat para manusia itu jera akan perbuatannya sendiri?” tanya orang tersebut
setelah terdiam sejenak.
“Aku bisa membantumu. Tapi apa kau yakin
dengan keinginanmu sendiri?” sekali lagi orang tersebut bertanya kepada sang
bunga.
Sosok itu nampak berbicara sendiri.
Seolah-olah ia tahu apa yang dikatakan sang bunga. Seolah-olah ia tahu apa yang
dialami sang bunga selama ini. Baca selengkapnya disini.....
Malaikat Mungil di Lahan Tandus
Karya : Adhitya Faza W.
Instagram : @fazadhitya
Hati yang bimbang,
mungkin tempat ini yang pas. Melihat senja tahun baru yang memerah dari kaki
bukit Niagara. Berharap kebimbangan di benakku luntur perlahan-lahan. Gemercik
air yang turun dari atas lalu mengalir mengikuti alurnya, seakan menambah
suasana sejuk di hati. Ku regangkan kedua sayapku, lalu mulai kukepakkan sayap
nan indah ini secara perlahan-lahan. Ku
kelilingi bukit yang begitu indah ini, pohon-pohon menjulang begitu tinggi
seakan ingin menyentuh awan. Tetapi, ada
suatu hal yang membuatku teringat akan masa lalu. Sebuah kenangan manis yang
mungkin telah hilang di benakku.
Kutemukan sebuah
rumah tua yang tetap berdiri kokoh walau sudah ditinggal selama bertahun-tahun
oleh sang pemilik. Kondisinya sangat mengenaskan. Semak belukar seakan menjadi
pengganti hiasan dinding di sana. Ku telusuri seluruh ruangan di sana, dan
kutemukan sebuah ruangan yang membuatku teringat akan persahabatan lama kita.
Ku pandangi satu-persatu foto tersebut dan kutemukan sepucuk kertas sobekan diary kecil yang telah termakan oleh
waktu.. Ku tiup perlahan-lahan butiran debu yang menutupi kertas tersebut, dan
terlihatlah sebuah tulisan singkat yang sangat menyentuh hatiku... Baca selengkapnya disini.....
Ini Terlambat
Karya : Azifa Nur Hasanah
Instagram : @azifanh
Langit senja itu selalu indah. Perpaduan warna
orange dan merah yang begitu pas dengan segerombolan burung – burung yang
kembali ke sarang nya. Daun–daun yang tertiup angin pun menari dengan damai,
ikut menikmati ketenangan senja hari ini. Ditambah dengan suara gemericik air
dari barat daya, tanpa kebisingan sedikit pun yang memperlengkap kedamaian sang
senja.
Tapi tunggu, ini bukan aroma alam. Hanya ada aroma rumah
sakit yang menyerbak penciumanku. Tidak. Aku tidak sedang berada di rumah
sakit. Aku tepat di bawah sebuah pohon mangga yang rindang, di sebuah bukit
yang terletak di belakang rumahku, dan sedang terpikat kepada sang senja.
Baiklah, lupakan saja. Tidak ada rumah sakit disini. Tapi mungkin saja aroma
puskesmas? Itu hanya 1 km dari sini. Baca selengkapnya disini.....
Sejuk yang Tersembunyi
Karya : Leni Mei Ristin
Instagram : @lenimeir
Suara alarm membangunkan tidurku di pagi hari, kucoba
raih alarm untuk kumatikan dan mencoba tidur kembai, tetapi ternyata waktu
telah menunjukkan pukul 04.30 WIB. Dengan rasa kantuk yang masih menyelimuti
mataku, kucoba beranjak dari tidurku. Kubuka jendala kamarku. Keadaan masih
seperti hari-hari lalu. Suara klakson mobil yang bersautan, suara kendaran yang
lalu-lalang,dan suara teriakan orang yang sedang terburu-buru dengan
aktivitasnya masing-masing. Keadaan yang tidak menyenangkan. Tidak ada udara
sejuk di pagi hari, yang ada hanyalah polusi dari mobil dan kendaraan bermotor
lain.
“Nduk,ayo bangun! Mau ikut tidak?” suara ibuku di
seberang pintu membangunkan lamunanku. Baca selengkapnya disini.....
Gadis yang Hilang
Karya : Triyas Putri Susanti
Instagram : @triyasps_
Senja
baru saja turun, di kejauhan masih ada semburat merah muda yang cantik. Di tepi
jalan terdengar bunyi mesin mobil di mana-mana. Fuhh… aku menghembuskan napas
berat melihat pohon-pohon yang berserakan di pinggir jalan. Pohon-pohon yang
hidup puluhan tahun itu kini sudah tergeletak tak berdaya. Mereka sudah mati.
Aku merasa terenyuh, hatiku pilu melihat pohon-pohon yang tak berdosa itu
ditebang satu persatu. Dasar para manusia serakah, lebih mementingkan bisnis
dari pada menjaga alam. Lihat saja jika hutan sudah banyak yang gundul, akan
terjadi bencana alam di mana-mana. Baru tahu rasa. Umpatku dalam hati.
Aku
harap supaya manusia-manusia serakah itu dihukum oleh Sang Penguasa karena
telah merusak alam ciptaan-Nya. Aku mengayuh kembali sepeda yang dipakai untuk
berangkat ke sekolah tadi pagi. Aku bersyukur karena di dekat desaku masih ada
hutan yang dilindungi para warga. Desa kami mempunyai peraturan yang sangat
tegas untuk tidak sembarang menebang hutan. Itu semua dilakukan demi
kelangsungan hidup manusia. Karena bagaimana pun juga hutan adalah paru-paru
dunia yang harus selalu dijaga. Baca selengkapnya disini.....
Hilang
Karya : Syintia Dwi Pramesti
Instagram : @syintiadwp
Dulu, hutan di Indonesia dikenal sebagai
penghasil oksigen yang baik untuk masyarakat Indonesia bahkan dunia. Namun
“Dulu” ketika hutan di Indonesia masih luas, hijau, dan subur. Dan kini lihatlah, para
penguasa, konglomerat, pembisnis, atau setara dengan itu sibuk mengeksploitasi
hutan besar-besaran. Maka ketika kemarau tiba, matahari semakin terasa panas
mengganas yang cukup mampu untuk meretakkan aspal dan membakar kulit manusia.
Angin menggerakkan debu debu bercampur dengan udara, menyapu wajah, terhirup
saat bernafas, menempel pada dedaunan, kemudian bergerak tak tentu arah. Keringat
mengguyur seluruh tubuh, melengket di kulit dengan debu debu sehingga
menimbulkan bau, aku sungguh tidak menyukai kemarau.
Aku
bersepeda di atas aspal yang panas layaknya arang api di siang hari, dan
sesekali angin behembus membawa debu menyapu wajah yang membuatku spontan
menyipitkan mata dan memalingkan wajah ke kiri atau ke kanan. Lalu jauh di
ujung mata memandang, fatamorgana memanjakan pandanganku dengan tipuannya, waktu
aku melihat ke atas, tampak matahari menggelora menyilaukan mata, langit biru
bagaikan samudra, dan sekumpulan awan cirrus yang menggumpal layaknya permen
kapas yang berwarna putih-kelabu menambah keindahan langit. Baca selengkapnya disini.....
Hijau Kembali
Karya : Shafira Rihhadatul 'Aisy
Instagram : @shafiraaisy
Deras hujan
mengganggu perjalananku menuju bandara. Ya, hari ini aku berencana pindah
disuatu tempat yang jauh dari perkotaan, tepatnya di Desa Caracas. Sebuah desa
yang berada di Kuningan, Jawa Barat. Oh ya perkenalkan namaku Caraka Nareswara.
Bisa dipanggil Raka. Orang bilang hidup di desa lebih menyenangkan dibandingkan
hidup diperkotaan, maka dari itu aku mencoba untuk pindah ke Desa Caracas.
Satu jam kemudian
aku sampai di bandara. Ku turuni taksi tersebut dan segera masuk ke bandara
untuk melakukan check in. Setelah sampai di awak pesawat aku duduk di kursi
yang sesuai dengan tiketku. Pesawat pun take off, segera kubuka novelku untuk
mengusir rasa kebosanan. Tak kerasa aku pun tertidur.
Dua jam kemudian, aku
sampai di bandara tujuanku. Aku pun keluar dari bandara itu dan mencari taksi
untuk melanjutkan perjalananku ke Desa Caracas. Hari sudah malam, rasa penat
masuk kedalam tubuhku. Ingin rasanya cepat sampai dirumah baruku dan segera
istirahat disana. Baca selengkapnya disini.....
Sepucuk Fatamorgana
Karya : Raras Gupita Dayintatyas
Instagram : @rgupitaa
Dunia ini bagaikan tumbuhan hijau yang mampu menyihir mata setiap manusia yang memandangnya. Sangat menakjubkan dan begitu indah. Tapi lambat laun ia akan menguning kering yang pada akhirnya musnah. Disinilah hariku dimulai, di kota kecil namun penuh dengan keramaian orang-orang yang setiap harinya selalu berlalu-lalang mencari penghidupan yang lebih baik. Aku biasa menghabiskan waktuku di sebuah padang rumput yang terbilang kecil di belakang bangunan tua di kotaku. Ya, rumahku memang terletak di pinggir kota, tapi aku senang dengan begitu aku tidak terlalu bising mendengarkan ricuhnya keadaan di kota. Aku senang bermain di padang rumput itu bersama teman-temanku, menghabiskan sisa waktu senja menatap indahnya sinar mentari yang akan redup. Aku telah bermain disana setidaknya sejak umurku masih berusia 6 tahun dan sekarang aku telah berusia 15 tahun. Baca selengkapnya disini.....
Perdamaian Sahabat
Karya : Vera Eka Rahmawati
Instagram : @veraeeka
Pagi
ini terlihat sang mentari tersenyum bahagia dengan cahaya yang gemerlap terang,
aku memulai hariku dengan penuh semangat. Aku adalah anak bernama Selvi. Aku
mempunyai banyak teman beberapa di antaranya adalah Tasya, Feni, dan Dava.
Tasya dan Feni menjalin persahabatan yang cukup lama, mulai dari mereka
berkenalan ketika daftar SD sampai sekarang mereka tetap bersama. Dava adalah
anak yang suka iseng dengan temannya terutama aku.
Hari
ini di sekolahku mengadakan acara lomba kebersihan kelas dalam rangka
adiwiyata. Aku dan teman-temanku antusias untuk menyambut kegiatan lomba
terebut. Kami saling bergotong royong untuk membersihkan dan mempercantik kelas.
Aku dan teman-temanku sangat bersemangat mengerjakan itu semua. Kami
memanfaatkan botol bekas air minum untuk dijadikan pot gantung yang indah dan
memanfaatkan kardus atau koran bekas untuk dijadikan phigura gambar pahlawan.
Kami menjadikan sekolah kami sebagai tempat belajar yang baik dan sahabat bagi
bumi.Baca selengkapnya disini.....
Menjuang Sembari Menjaga Nirwana
Karya : Shinta Nurika
Instagram : @shinta.nurika
Sang
Raja siang mulai tenggelam diufuk barat menyisakan langit yang berwarna
kemerahan, burung burung mulai beterbangan di udara untuk kembali ke sarangnya,
cucuran keringat masih mengalir deras pada diri seorang lelaki yang selalu
mengayuh sepeda tuanya demi mencapai tujuan hidupnya itu. Seorang lelaki muda
dengan semangat juanganya yang tinggi bermimpi menggapai cita-citanya itu.
Siapa yang tak kenal pemuda dengan rambut gondrong awut-awutan, hampir seluruh
mukanya ditutupi bulu lebat, wajahnya yang tidak terlalu halus
pori-porinya terlihat dan rahangnya yang
menyembul lelaki pemberani dan cerdas dengan kategori pemuda misterius di
kampungnya itu. Lelaki yang mau melawan badai, membunuh beruang bahkan ketika
usiannya sendiri belum sepuluh tahun melawan kekuatan apapun yang dianggapnya salah
dan merugikan orang lain.
Dia
masih termenung di serambi rumah panggungnya sambil menyaksikan kabut tibis
yang perlahan pergi satu persatu, memberikan tempat kepada sinar surya yang
datang dengan warna keemasan. Hari masih pagi dan kampung ini sudah sepi. Sudah
menjadi kebiasaan rutin, sejak selesai shalat subuh, para lelaki pergi ke rimbo
menakik getah. Mereka pulang sekitar pukul 7 atau 8 . Selain itu mereka istirahat sebentar
sebelum turun ke sawah. Sore hingga
malam, banyak dari mereka kemudian turun ke sungai ; menebar jala mencari ikan
atau melihat lukah yang dipasang di sore hari sebelumnya. Dan yang dilakukan
oleh para wanita; bagi yang muda, mereka akan ke sungai mencuci pakaian, dan
para ibu ke pasar menjual ikan hasil tangkapan suami dan anak-anak mereka di
sungai. Kehidupan yang rutin dari dulu hingga kini di kerjakan. Baca selengkapnya disini.....
Impian yang Mulia
Karya : Nandita Rizky Azijuliza
Instagram : @nanditarizky
Alam adalah segalanya untukku, tanpa
adanya alam hidupnya serasa hambar. Karena dengan alam aku bisa melihat
keindahan yang menajubkan hati dan mengingatkan kita bahwa alam juga perlu
dijaga dan dilestarikan. Dengan melihat keindahan alam aku bisa menenangkan
pikiran dan melepaskan semua beban yang aku alami. Alam adalah segalanya
bagiku.
“Zel,
ayo jangan suka ngayal terus jadi orang,” kata Raima. Raima adalah salah satu
sahabat terbaik Zelika, mereka selalu bersama saat seneng maupun sedih. Dia
adalah Zelika Anastasya Putri Rania. Zelika memiliki lima sahabat, yaitu Riama,
Linia, Clino, Faril dan Koshil. Mereka duduk di bangku kelas satu SMA. Ia sudah
menjalin persahabatan saat di bangku kelas satu SMP. Baca selengkapnya disini.....
Dimana Zamrud Khatulistiwaku
Karya : Adinda Rizka Amalia
Instagram : @adindarizkaa
Sekolah SMAN 1 Glagah mengadakan Kemah Akbar
yang diselenggarakan pada tanggal 20 November 2017 di Kebun Jati. Kemah ini
akan kami laksanakan 4 hari lagi, semua
siswa kelas 10 wajib mengikutinya, karena kemah ini adalah kemah tahunan yang
selalu diadakan oleh sekolah ini. Pada saat pembagian regu, Aku mendapat regu
bernama regu “Teratai”, regu ini berisi 5 anak yang terdiri dari Keke, Bobo,
Nomi, Edo, dan Aku. Setelah pembagian regu, Bu Mona selaku pembina jalannya
Kemah Akbar ini, memberikan surat pernyataan setuju yang harus ditandatangani
oleh orang tua murid masing-masing.
Keesokan harinya seluruh siswa-siswi kelas 10 dikumpulkam
di aula sekolah. Aku dan semua teman-teman mengumpulkan surat pernyataan yang
sudah ditandatangani oleh orang tua kita masing-masing. Setelah mengumpulkan
surat pernyataan, Bu Mona memberikan surat berisi keperluan yang harus dibawa
saat kemah. Aku dan teman-teman regu pun medapat bagian sama rata untuk membawa
keperluan-keperluan tersebut. Baca selengkapnya disini.....
Diri yang Terbawa Arus
Karya : Ilhan Junio
Instagram : @ilhanjunio
Lelah
rasanya mataku melihat kerumunan bunga yang sangat mengilaukan dan mengalihkan
pandangan seseorang yang melewatinya. Banyak lalat yang menghinggapi bunga
tersebut. Dan resah rasanya diriku melihat lalat yang hinggap disuatu benda
setelah ia menghinggapi bunga yang mengilaukan tersebut. Lalat dan bunga
mengilaukan yang tidak terpisahan.
Pada suatu hari disebuah
sekolah yang berada di Banyuwangi yaitu SMAN 1 Glagah sedang diadakan lomba
kebersihan antar kelas untuk seluruh kelas X,XI, dan XII. Aku duduk dibangku
kelas 10, yaitu X IPA 4. Aku memiliki banyak teman,salah satunya bernama Ipung.
Dia sangat pemalas untuk mengerjakan tugas apalagi untuk bersih bersih kelas.
Ketika sebelum pulang
sekolah, ketua kelas pun mengumumkan bahwa diadakan lomba antar kelas untuk
seluruh keklas X,XI, dan XII.
Seluruh siswa pun terlihat gembira “
Horeeeee....... Kita akan bersih bersih,”
lalu Ani salah satu anak paling jijik dengan
yang namanya kotoran pun berkata “ Akhirnya kita akan bersih-bersih, aku sudah
muak belajar dikelas yang kotor ini, mbikin belajar tidak nyaman saja,” Baca selengkapnya disini.....
Senja di Alamku
Karya : Intan Puspita
Instagram : @intn.pus
Matahari mulai terbit dari timur dengan
sinarnya yang indah, sisa-sisa embun menandakan sejuknya udara. Serta kicauan
burung-burung yang ikut serta menyapa pagi. Tiba-tiba terdengar suara.
Praaakkkk!!!.
Suara itu berasal dari kamar seorang
gadis. Gadis itu adalah Icha, yang tinggal di sebuah kota dengan kakaknya,
yaitu Chiko. Karena mendengar suara itu, Chiko menanyakan itu pada adiknya.
“Ca
apakah kau menjatuhkan sesuatu?’’ tanya Chiko.
“Tidak
kak, hanya bukuku saja yang jatuh,”
“Yasudah,
aku sudah siapkan sarapan cepat keluar
atau kamu akan dihukum gurumu karena
terlambat!” Chiko yang selalu cerewet mengajak caca untuk sarapan.
Sampailah
mereka di meja makan untuk sarapan, Icha makan dengan terburu-buru, dan
berkali-kali tersedak karena matanya yang selalu melihat jam dinding rumahnya
yang menunjukkan pukul 06.20.
“Icha
marica ayo berangkat,” terdengar suara Doni yang memanggil Icha dengan
panggilan usilnya. Karena suara Doni yang lantang, Icha bisa menebak suara
siapa yang ada diluar rumahnya. Doni adalah salah satu sahabat kecil Icha yang
selalu mengajaknya berangkat ke sekolah bersama. Baca selengkapnya disini.....
Jangan Ganggu Anugerah Tuhan
Karya : Iva Farida Fitri Silvia Prameswari
Instagram : @fitri_ivafsp
Di pagi yang cerah di hari pertama libur semester ini, Serena berencana untuk
mengunjungi rumah sahabatnya, Reyna di wilayah Dago Utara. Kebetulan pagi ini
Serena tidak ada kegiatan seperti hari libur biasanya, seperti klub renang,
dance, latihan taekwondo, karate, dan les. Sebelum pergi ke rumah Reyna, Serena
menelpon Nathaniel, kakaknya yang sekarang di Dago Utara, untuk memberitahu
bahwa akan mampir ke rumah Nathaniel.
“Assalamu’alaikum,” salam Serena.
“Wa’alaikumsalam. Kenapa, Ren?” jawab Nathaniel.
“Kakak lagi keluar nggak? Soalnya aku mau ke Dago Utara nih mau ke rumah
Reyn, nanti mau mampir ke rumah kakak,” kata Serena.
“Mampir dah. Dengan senang hati. Kan aku selalu open house. Kangen
kamu aku, dek. Kamu kangen juga nggak?” tanya Nathaniel.
“Iyalah, pasti. Secara aku emang ngangenin kan?” kata Serena dengan nada
menggoda dan tertawa renyah.
“Iya deh, iyain biar cepet,” jawab Nathaniel yang menaggapi adiknya dengan
penuh kasih sayang. Baca selengkapnya disini.....
Determination
Karya : Kharisma Huril'in Firdaus
Instagram : @kharismahuril
Langit yang cerah membuatku
bersemangat ke sekolah hari ini. Seperti hari-hari sebelumnya, aku selalu
diantar ayahku ke sekolah. Katanya sih, agar kami bisa mengobrol lebih banyak.
Maklum beliau adalah orang yang sangat sibuk, jadi tidak heran jika beliau
jarang sekali terlihat di rumah. Omong-omong soal ayah, ayahku adalah orang
yang sangat cinta alam. Pernah suatu hari beliau bertemu dengan seorang anak
yang memetik bunga dijalan, lalu ayahku berhenti untuk menegur anak itu.
Aku
juga sama seperti ayah, pecinta alam. Alasan mengapa aku sangat mencintai alam
adalah ayahku. Ayahku pernah berkata kepadaku saat aku kecil, bahwa kita bisa
hidup dan bernafas karena alam, karena tumbuhan di sekitar kita yang
menghasilkan oksigen sehingga kita bisa bernafas. Sejak saat itu aku suka
sekali bermain dibawah pohon besar yang tumbuh didekat rumahku dulu, ayah menanggilnya Gillian. Baca selengkapnya disini.....
Pahlawan Lingkungan Desa
Karya : Ahmad Fadlail
Instagram : @ahmadfadlail
Kebanyakan penduduk
desa adalah penduduk yang suka sekali menjaga lingkungannya dengan turun –
temurun, bahkan bagi penduduk kota ingin sekali tinggal di desa yang biasanya
penduduk desa yang ramah dan sangat menjaga lingkunggan desanya. Tetapi,
penduduk desa kali ini berbeda, Desa Osing namanya, banyak penduduk Desa Osing
yang suka sekali merusak lingkungan bahkan ada satu keluarga yang berprofesi
sebagai penebang hutan secara liar karena mengikuti perkataan si Bosnya, setiap
musim hujan penduduk desa selalu resah, karena lingkungan tersebut selalu tergenang
banjir, dan rumah si Bos dari penerima kayu hasil dari penebangan liar
tersebut, menjadi lahan bagi penduduk yang ingin mengungsi. Tetapi si Bos kayu
tersebut memasang ongkos untuk pengungsian bagi penduduk Desa Osing, hal
tersebut membuat si bos kayu tersebut semakin kaya, dengan cara yang kurang
baik, memang di Desa Osing tersebut si Bos kayu terkenal dengan kekayaan yang
melimpah hasil dari penebangan liar tersebut. Baca selengkapnya disini.....
Bumi Tidak Seindah Dahulu Lagi
Karya : Moch. Gibran Nashif Arrizal
Instagram : @gibran_arrizal
Sangat
memprihatinkan keadaan bumi saat ini, bencana seolah-olah tak kunjung hilang
dari muka bumi. Berbagai macam bencana yang sering melanda bumi, dikarenakan
ulah manusia yang tidak bertanggung jawab, memelihara lingkungan alam. Bahkan
makhluk yang lain turut menjadi korbannya, hingga angka keberadaannya diambang
kepunahan, ada juga yang benar-benar tidak ada lagi, di muka bumi. Apakah
manusia termasuk makhluk yang serakah dan mementingkan dirinya sendiri?
jawabannya kembalikan pada diri sendiri, dan renungilah kejadian ini.
Layar
Televisi memperlihatkan betapa parahnya kondisi lingkungan alam, sangat jelas
terpampang di hadapanku, manusia yang melakukan ilegal logging, pencurian hewan
langka secara ilegal, perdagangan hewan ilegal, itu semua beberapa contoh dari
kerusakan lingkungan alam. Perlahan lahan air mataku mulai menetes, aku tak
kuasa melihat sekelompok orang, yang melakukan tindakan itu. Tiba tiba, ibu datang
sambil membawa secangkir teh hangat. Baca selengkapnya disini.....
Penanaman Seribu Pohon
Karya : M. Syihab Romdhon
Instagram : @aissyihab_
Pagi
itu pukul 04.30, suara Ibu membuatku terbangun dari tidurku. Ternyata, ibu
ingin mengajakku pergi ke taman untuk menghadiri acara menanam seribu pohon di
desaku jam 08.00 nanti. Aku pun bergegas bangun, merapikan tempat tidurku, dan
pergi ke kamar mandi untuk Wudhu.
O iya perkenalkan namaku budi aku
adalah siswa di SMA 1 SUBANG. Sekarang aku berada di kelas X di kelas ipa. Mari
kita lanjut ceritanya
Setelah
aku wudhu aku segera mengambil sarung dan sholat shubuh. Aku sholat dengan
sangat khusyuk. Selesai sholat, aku pergi ke kamar mandi dan segera
mandi.“Byuur!” Aku mengguyur tubuhku dengan segayung air.
“Hmm…
segar!” kataku dalam hati.
Aku
pun menggosokkan sabun ke badanku dan sehabis itu mengguyur badanku lagi.
“Brr…
dingin juga ya air pada pagi ini!!!” kataku sambil gerak gerak agar tidak
terlalu kedinginan. Baca selengkapnya disini.....
Hutanku
Karya : M. Fikry Zulvan Wicaksono
Instagram : @fikryzulvan
Hari selasa Joko dan Trias jam 7 malam di hutan alas purwo desa Kendal rejo. Di sana Joko dan Trias menginap di hutan itu.
“Dug… Dug…” terdengar dari kejauhan.
“Suara apa itu sebenarnya?” tanya Joko pada dirinya sendiri.
Sekeliling Joko tampak berkabut yang sangat pekat. Semakin terdengar jelas suara misterius itu. Selangkah. Dua langkah.
“Mas Joko, bangun! Buruan!” teriak Trias.
“Ada apa to Trias? Masmu ini tuh masih ngantuk!” ujar Joko dengan kesal. Namun, tiba-tiba berubahlah raut wajah Joko setelah mendengar suara yang sama persis dengan yang ada dalam mimpinya.
“Mas dengar to? Tuh bunyi lagi.”
“Ayo kita cari tahu, Tri.” Baca selengkapnya disini.....
Tinggalkan Jejak Bukan Sampah
Karya : Muhammad Farrel Aprilliant Putra
Instagram : @farrel_aprlnt
Agus adalah seorang mahasiswa
yang berasal dari salah satu Universitas ternama di Bali. Agus sangat suka
mendaki gunung, dan sudah beberapa gunung di Indonesia sudah ia taklukan dalam
waktu setahun. Dia juga sangat mencintai lingkungan, bahkan teman-temannya saja
jika membuang sampah selalu dimarahinya. Menurut sahabatnya yang selalu
menemaninya saat mendaki, Agus selalu membawa kantong-kantong plastik besar
untuk menampung semua sampah yang berserakan. Bahkan teman-temannya yang ikut
mendaki selalu membawa sampah ketika pulang dari mendaki dan dibuang di tempat
sampah yang telah disediakan di pos pertama pendakian.
Pelajaran
ini didapatkan Agus dari ayahnya yang waktu SMA mengikuti ekstra Pecinta Alam. Ketika itu Ayah
Agus diajarkan oleh gurunya untuk tidak pernah membuang sampah ketika pendakian
ke gunung, apalagi kulit permen dan jika ketahuan akan dapat hukuman yaitu
membawa seluruh sampah teman-temannya dan memungut sampah yang berserakan di
jalan. Ayah agus juga mengajarkan bahwa sampah dapat merusak bumi juga
kehidupan di masa depan, dan selalu menegur Agus ketika membuang sampah
sembarangan dan juga dinasehati agar tidak melakukan hal tersebut. Baca selengkapnya disini.....
Kembalikan Desaku
Karya : Hikmatul Laila
Instagram : @hl_662
Kisah ini berawal di sebuah
desa terpencil yang bernama Desa Sumber Urip. Desa ini terletak di bawah lereng
pegunungan. Lereng nan elok bagaikan background dari desa kecil tersebut.
Bangunan rumah penduduk yang berdiri kokoh di sana layaknya jajaran orang yang
sedang mengantri sembako, berbaris rapi dan membuat empat banjar yang tidak
terlalu panjang. Desa ini merupakan desa yang masih alami dan juga asri karena disana
banyak sekali pohon yang dapat kita jumpai, tumbuh dengan kokoh dan tinggi
menjulang ke atas. Selain itu, air sungainya yang tampak berkilau karena sorotan cahaya
matahari, berkilauan bagaikan lautan kristal.
Di desa tersebut terdapat
sebuah keluarga kecil yang sederhana. Walaupun hidupnya jauh dari kata mewah
dan serba tercukupi, tetapi kehidupan keluarga mereka sangatlah tentram. Di dalam
keluarga kecil tersebut terdapat seorang anak laki-laki yang bernama Raihan
Hamdan, ia biasa dipanggil Raihan. Baca selengkapnya disini.....
Surat dari Masa Depan
Karya : Natascia Iphonne Parameswari
Instagram : @natasciaip
Pada suatu pagi yang cerah saat matahari mulai
merambah masuk melalui tirai. Terdapat sepucuk surat di depan pintu yang
menanti berharap segera dibuka oleh penerima. Surat ini terlihat misterius
covernya dihias dengan cantik terdapat helaian-helaian daun yang terlihat kusam
namun tampak menarik. Terlihat sangat tenang di luar pada pagi ini namun
berbeda dengan apa yang terjadi di dalam rumah.
Kring…kring…kring…
Bunyi alarm yang menunjukkan pukul 06.15 pagi, si
gadis yang masih bergelung nyaman dalam balutan selimutnya tergelonjak kaget
akibat bunyi alarm itu.
“Mampus bakal telat nih” dia pun segera mandi dengan
kecepatan lima kali lipat dari biasanya. Setelah selesai, ia pun mengambil
seribu langkah untuk berjalan.
“ Ibuuuu… aku
telat, Iona pamit dulu kesekolah yaaa,” sorak Iona dengan lantang,
“Iyaa nak hati-hati,”
jawab ibu Iona.
Setelah berada di
depan rumah dia pun kaget karena dia menginjak sepucuk surat yang tergeletak
manis di depan pintu rumahnya. Baca selengkapnya disini.....
Jaga Alam Jaga Kebersihan
Karya : Naufal Alif Firdausy
Instagram : @naupal_al
Agus adalah seorang mahasiswa yang
berasal dari salah satu Universitas ternama di Bali. Agus sangat suka mendaki
gunung, dan sudah beberapa gunung di Indonesia sudah ia daki dalam waktu
setahun. Dia juga sangat mencintai lingkungan, bahkan teman-temannya saja jika
membuang sampah selalu dimarahinya. Menurut sahabatnya, Agus selalu membawa
kantong-kantong plastik besar untuk menampung semua sampah yang berserakan.
Bahkan teman-temannya yang ikut mendaki selalu membawa sampah ketika pulang
dari mendaki dan dibuang di tempat sampah yang telah disediakan di pos pertama
pendakian.
Pelajaran ini didapatkan Agus dari
ayahnya yang waktu SMA mengikuti ekstra SISPALA. Ketika itu Ayah Agus diajarkan
oleh gurunya untuk tidak pernah membuang sampah ketika pendakian ke gunung,
apalagi kulit permen dan jika ketahuan akan dapat hukuman yaitu membawa seluruh
sampah teman-temannya dan memungut sampah yang berserakan di jalan. Ayah agus
juga mengajarkan jika sampah dapat merusak bumi juga kehidupan di masa depan,
dan selalu menegur Agus ketika membuang sampah sembarangan dan juga dinasehati
agar tidak melakukan hal tersebut. Baca selengkapnya disini.....
Alam Untuk Kita
Karya : Alvianti Anggita Dewi
Instagram : @alviantianggitaa
Hawa dingin yang menusuk tulangku saat air
membasahi tubuhku.
“Brrrrrrrrrr,” kataku sambil menumpahkan
air ke tubuhku untuk sekian kalinya.
Ketukan pintu kamar mandi yang sudah menuntutku
untuk cepat keluar dari zona es tersebut, begitulah kebiasaan mamaku saat aku
sudah terlalu lama berkolaborasi dengan air. Hari libur yang tidak jarang
menjadi hari tidurku juga, saat ini sedikit berbeda. Sesuai dengan perjanjian
yang sudah direncanakan sekitar 3 minggu lalu, kini akan terlaksana. Aku
bersama teman-temanku akan pergi ke suatu puncak yaitu puncak Mahameru.
Teman-temanku diantaranya Dodo, Dita, Adit, Meme, dan Fiki. Mereka teman
akrabku sejak masih duduk di bangku SMP, sekitar 4 tahu lalu. “Ca,” begitulah
mereka biasa memanggilku yang diambil dari nama “Caca”. Kami yang begitu menyukai
alam tidak jarang memberikan waktu kami untuknya. Baca selengkapnya disini.....
Pahlawan Lahan Tandus
Karya : Ramadhani Wijaya
Instagram : @rama.d.w
Kilauan cahaya keemasan mulai melewati
celah gunung yang menjulang tinggi. Di balik gunung tersebut terdapat sebuah
desa kecil yang mungkin asing ditelinga masyarakat pada umumnya. Di desa itulah
aku dan keluargaku melangsungkan kehidupan sehari-hari. Desa tersebut dapat
dibilang sangatlah gersang, hampir tidak ada satupun benih yang dapat kita
jumpai disana. Akibat hal itu, kami selalu merasakan berbagai kesulitan setiap
harinya, untuk setetes air pun kami harus mengantri berjam-jam pada tangki air
yang sudah disediakan oleh pemerintah. Jika kami ingin sayuran, kami harus
berjuang melewati batu batu terjal yang menghalangi jalan menuju pasar di desa
kami.
Aku tinggal di rumah yang sangat sederhana. Tidak terlalu
besar dan tidak terlalu kecil namun cukup untuk melindungiku dan keluargaku
dari dinginnya hawa gunung. Rumah yang ku tempati hanya terdiri dari 3 ruangan.
Ruang keluarga, ruang tamu, dan dapur saja. Rumahku tidak terdapat kamar mandi.
Jika aku ingin mandi atau buang air, aku tinggal berjalan saja menuju sungai
dekat rumahku. Sungai itu juga sangat membantu kehidupan keluargaku. Baca selanjutnya disini.....
Para Pencuri Alamku
Karya : Ijl Taqiy Christya Dewanta Arthur Archiles
Instagram : @arthurarchiles
Mungkin memang sudah terbiasa, Fengi bangun jam 4 pagi kemudian melaksanakan
salat subuh. Ia melihat keluar rumah sambil mendengarkan burung-burung pagi
berkicauan. Saat-saat inilah yang dia suka. Sambil berandai-andai, Fengi
mengobrol dengan ayahnya.
“Wah, enak ya jadi burung yah, bisa
terbang,” aku berkata kepada ayah.
“Itulah alam, nak. Banyak makhluk hidup
yang memiliki keunikan dan kelebihan ketimbang manusia, makanya kita harus jaga
dan lestarikan alam kita yang asri nan indah ini.” saut ayahnya.
Rumah
Fengi tidak jauh dengan sekolahnya, jadi dia tidak perlu berjalan jauh untuk
pergi ke sekolah. Iapun segera mandi dan bersiap-siap ke sekolah. Terkadang
Fengi diantar orang tuanya atau berjalan kaki. Hari ini Fengi berjalan kaki
karena orang tuanya terburu-buru menuju tempat kerja. Baca selengkapnya disini.....
Sebutir Sampah
Karya : Rizaldi Fajar F
Instagram : @rizaldiff
Namaku adalah Dino. Aku bersekolah
di SMA Negeri 1 Glagah, aku duduk di kelas 10 IPA 4 bersama sahabatku yang
bernma Donidan lain-lain. Sekolahku SMA Negeri 1 Glagah selalu menjaga
kebersihan lingkungannya, karena sekolah ini menerapkan prinsip SEKAM (Sampah,
Energi, Keanekaragaman hayati, Air, dan Makanan) untuk menjunjang Adiwiyatanya.
Adiwiyata adalah upaya membangun program atau wadah yang baik dan ideal untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi
dasar manusia. Adiwiyata disebut juga program pendidikan lingkungan hidup
Suatu hari pagi yang cerah aku
terbangun pagi dari tempat tidur. Aku membereskan tempat tidurku dan siap-siap
pergi bersekolah. Setelah itu aku pamit kepada kedua orang tuaku dan pergi ke
sekolah SMA Negeri 1 Glagah menggunakan sepeda. Sampai di sekolah, aku menyapa
teman-temanku yang selalu ceria dalam menghadapi tugas-tugas yang banyak. Pada
hari itu, tepatnya hari senin aku dan teman-temanku bersiap-siap berkumpul di
lapangan sekolah untuk upacara bendera.
Hari itu di lapangan sekolah aku berkumpul bersama
kakak kelas 11 dan 12. Baca selengkapnya disini.....
Keinginanku Bertahan Menjaga yang Rusak
Karya : Alya Laitul A
Instagram : @alyalailatul
Pagi
ini tak kurasakan cahaya matahari merabah tubuhku, kubuka mataku setelah sekian
tahun lamanya, kuingin tahu ada apa sebenarnya. Sekarang tak ada angin sejuk
yang menerpa tubuhku, tak ada burung-burung berkicauan setiap pagi yang
bertengger di tubuhku, dan hari demi hari canda-tawa temanku hilang. Ternyata
bumiku telah rusak. Banyak temanku mati karena ditebang. Dengan keadaan bumi
yang sekarang aku bertanya-tanya makhluk seperti apa yang hingga tega merusak
rumahku.
Tiba-tiba
terdengar percakapan yang tempatnya agak jauh.
“Bos,
apakah ini sudah cukup? Ini pohon terakhir jadi tak ada lagi pohon yang
dapat kita tebang Bos,” kata sesesorang kepada bosnya.
“hmmmm,
kamu yakin? Rasa-rasanya kemarin aku melihat masih ada pohon Beringin besar
yang sangat menguntungkan bisnis kita, tapi dimana ya?” tanya seseorang
yang mereka sebut sebagai ‘Bos’. Baca selengkapnya disini.....
Penyelamatku
Karya : Alivia Nur Shafira
Instagram : @shafirrann
Pada suatu hari, hiduplah
seorang raja yang bernama Raja Hijau di kerajaan yang amat sangat besar. Kerajaan
ini memiliki pemandangan tumbuhan hijau yang indah nansegar saat dipandang. Sifat
sabar, bijaksana, pantang menyerah, tampan, dan adil sang raja membuat Ia
disukai para penduduknya. Apalagi Ia memiliki sifat yang unik, yaitu cinta pada
alam. Di sekitar kerajaannya tidak ada satu sampah pun yang berserahkan.
Pemandangan tumbuhan hijau, dan lingkungan bersih nan indah membuat semua
penduduk kerajaan nyaman tinggal di sana. Tetapi sampai saat ini raja Hijau
belum mempunyai pendamping hidup. Padahal banyak sekali wanita yang terpesona
dan ingin menjadi istrinya. Tapi, tidak ada satu wanita pun yang memikat hatinya.
Pada suatu hari, Raja Hijau
pergi ke hutan menaiki kuda untuk memburu hewan. Saat Ia berburu, Ia menemukan
seekor rusa yang gemuk. Lalu, Ia arahkan anak panahnya ke rusa tersebut. Tapi sangat
disayangkan, anak panah tersebut meleset. Karena saat itu, Raja Hijau mendengar
teriakan seseorang yang meminta tolong. Dengan segera, Ia pun mencari sumber
suara tersebut. Dan ditemukannya seorang wanita yang diikat di sebuah pohon
besar dengan bunga-bunga yang berserahkan di bawahnya. Kemudian, Ia lari
kecepat kilat untuk menolong wanita tersebut. Setelah Ia melepaskan tali di
tubuh wanita tersebut, Ia diam seribu bahasa karena terpesona akan kecantikan
wanita ini. Setelah beberapa saat Ia diam, akhirnya suara si wanita ini
mengalihkan pandangannya. Baca selengkapnya disini.....
Pohon pun Punya Perasaan
Karya : Fania Aulia Rahma
Instagram : @faniaaaulia
Namaku Kyla Ofelia biasa
dipanggil Kyla oleh orang tuaku tapi teman-temanku memanggilku dengan nama
Opel. Begitulah karakter orang jawa yang sedikit susah mengucapkan huruf F.
Umurku sudah menginjak usia 20 tahun, tapi kata orang tuaku aku masih saja
seperti anak kecil yang masih suka bermain. Gerimis kini mulai membasahi rumah
pohonku secara perlahan. Pohon-pohon itu mulai bergoyang mengikuti arah
hembusan angin. Awan-awan gelap sedang berusaha utuk menghalangi matahari untuk
bersinar. Ku teguk secangkir teh hangat untuk menikmati suasana di depan rumah.
Hari liburku terasa lebih nikmat karena aku dan kedua orang tuaku kini telah
menetap di desa yang sangat unik. Letak rumah-rumah di desa ini berada di atas
pohon. Karena itulah desa ini dinamakan Desa Rumah Pohon.
Gerimis kini berubah
menjadi hujan yang cukup deras. Bau tanah yang khas dan udara dingin kini mulai
terasa. “Hujan-hujan begini kayaknya enak nih kalau main air,” pikirku.
Kemudian dengan hati-hati aku pun turun ke bawah pohon. Baca selengkapnya disini.....
Pembawa Perubahan
Karya : Ayu Alfiatus Ismanto
Instagram : @ayualfiatus
Rabu 30 Mei 2013, SMA Negeri 70 Jakarta akan
didatangi oleh tim Adiwiyata. Semua siswa dan siswi di sekolah tersebut sangat
sibuk dengan kelasnya masing-masing. Namun, tak berlaku bagi Ryan Dwi Anggara
kelas XII IPS 3. Ia dicap sebagai anak ternakal di sekolah yang selalu ditemani
oleh Boby dan Reno teman sekelasnya sejak duduk di kelas X. Yang benar saja saat semua murid sedang
menghias dan membersihkan kelasnya ia bersama dengan kedua temannya sedang asik
bermain game online yang ada di smartphone miliknya. Mereka tak perduli
dengan kesibukan murid lainnya. Mereka menganggap penilaian Adiwiyata itu tidak
penting sama sekali. Namun, ada salah satu siswi yang suka sekali dengan
bercocok tanam dan hal-hal yang berbau dengan alam. Ia adalah Dyah Ayu Maharani
kerab disapa Rani. Gadis ini suka sekali berkebun, sampai saat di sekolah pun
ia sibuk mengerjakan tanaman yang ada di belakang sekolah. Menurutnya berkebun
adalah kegiatan yang menyenangkan, selain bisa menambah wawasan ia juga bisa
menikmati keindahan berbagai macam tumbuhan yang ada di sekitarnya. Pada saat
bel istirahat Rani sedang menanam tanaman hidroponiknya. Baca selengkapnya disini.....
Pagi
yang sejuk, sang mentari yang
mengintip dari celah-celah pepohonan yang rimbun.Burung-burung yang berkicau
merdu,dengan sedikit embun yang menetes dari daun-daun yang hijau.Menyambut kala
itu.Entah kenapa pagi itu Budi merasa sangat bahagia dibandingkan dengan
hari-hari biasanya,mungkin karena itu adalah hari pertama libur semester.Seperti
biasanya setelah Budi melaksanakan UAS,sekolahnya akan memberikan libur selama
dua minggu.Waktu itu ia memang sudah punya rencana untuk liburan,tapi ia
bingung mau kemana dan dengan siapa.
Ia
adalah Budi,pemuda dari kota Malang.Umurnya yang sekarang menginjak 17 tahun.Ia
sekarang duduk di bangku SMA kelas 11.Budi sangat suka travelling,hobby itu
bukan tanpa alas an ia lakukan.Pemuda tersebut terinspirasi dari hobby ayahnya
yang suka mendaki gunung.Apalagi ayahnya yang terkenal sebagai pegiat alam
waktu ia masih muda. Baca selengkapnya disini.....
Mengapa Engkau Rusak?
Karya : Prestisia Purnama D.
Instagram : @prestisiapd
Pagi
hari, tepat setelah bel istirahat berbunyi, aku masih terdiam ditempat dudukku.
Sambil melihat burung yang sedang bertengger di dahan pohon, aku melamun dan
memikirkan liburan semester minggu depan. Tiba tiba, Bonita dan Vini, kedua teman
cantikku itu sedang menggangguku dengan mondar mandir dan berusaha membuyarkan
lamunanku.
“Heii daritadi digangguin tetep aja ngeliatin jendela
sambil bengong. Ada masalah yang lagi dipikirin?” ujar Bonita mengagetkanku.
“Hmm, aku cuma lagi mikirin liburan semester minggu
depan nih. Aku ingin pergi liburan sambil menikmati alam bebas,” kataku
menjelaskan kepada Bonita.
“Oh, liburan aja dipikirin susah. Kalo itu sih aku
punya banyak rencana, Fries!” kata Vini sambil duduk disebelah kursiku yang
sedang kosong.
“Oh ya?! Kamu punya rencana mau kemana,Vin?” tanyaku,
dengan semangat.
“Iya tapi hanya wacana saja, kalo niatnya sih yang
jelas gaada, Hehehe,” kata Vini, si cewek yang tidak pernah bisa serius.
“Huuuh kirain beneran, udah terlanjur semangat
pengen denger nih,” kataku sambil memukuli Vini dengan kotak pensil, mengesalkan. Baca selengkapnya disini.....
29 Februari
Karya : Shafira Cahya Nanda Herita
Instagram : @shafiracahya
Hadirmu kian tidak akan pernah nampak
lagi di sisiku, rindu yang terus mengalir tanpa jeda masuk ke dalam relungku.
Aku berdiam diri duduk terpatri, bayang-bayang semu menghampiri diri yang
enggan menghilang. Senyum tak lagi kudapat, canda tak dapat kuraih. Inilah yang
hanya dapat aku lakukan, berlinang tangis mengikhlaskan kepergian engkau di sana. Kucintai semua hal kali ini, dan mungkin seterusnya.
05 Desember 2015
Aruna Qila Ivana, nama
yang diberikan Ayah dan Ibu kepadaku sehari sebelum aku terlahir di dunia ini,
Ayah dan Ibu sering sekali membacakan aku dongeng sebelum tidur, menyanyikanku
lagu yang khusus mereka rancang untuk menghantarkan aku di pulau mimpi, dan
mereka juga sering menenangkanku saat aku merasa sedih, gundah dan cemas. semua
itu tampak baik-baik saja dan juga terasa menyenangkan sebelum satu hal yang
tidak aku inginkan membuat hatiku teremas kencang.
Dilindungi oleh hak cipta. Copyright ©2018
sangat menarik ceritanya min
ReplyDeleteUntuk yang lagi galau, yang lagi bosan tidak tahu mau ngapain,
ReplyDeletetenang,,sekarang ada yang akan menghibur kalian sekaligus
mengisi hari-hari kalian dengan games" online yang pastinya tidak akan
mengecewakan kalian deh...
yuk ikutan gabung bersama Pesonavip.com
Dapatkan Bonus Rollingan TO Sebesar 0,3 - 0.5% / Hari
Bonus Referral Sebesar 20% Seumur Hidup
* Minimal deposit hanya Rp 20.000
* Minimal tarik dana Rp 20.000
* Dilayani oleh CS profesional dan ramah
* 24 jam online
* Proses Depo & WD super cepat
* No ROBOT MURNI PLAYER VS PLAYER
* kamu berkesempatan menangkan Jackpot setiap harinya.
Info lebih lanjut silahkan hubungi CS 24 Online Setiap hari melalui :
* PIN BBM : pesonaqq
* WA : +85587984700
Link Alternatif : Pesonavip.com
Salam Sukses Pesonaqq.com